KESEHATAN TERHADAP REMAJA DI INDONESIA

KESEHATAN TERHADAP REMAJA DI INDONESIA


Sehat adalah keadaan sejahtera seutuhnya baik secara fisis, jiwa maupun sosial, bukan hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Remaja merupakan kelompok masyarakat yang hampir selalu diasumsikan dalam keadaan sehat. Padahal banyak remaja yang meninggal sebelum waktunya akibat kecelakaan, percobaan bunuh diri, kekerasan, kehamilan yang mengalami komplikasi dan penyakit lainnya yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati. Banyak juga penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak masa remaja yaitu contohnya seperti merokok, penyakit menular seksual, penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Human Immunodeficiency Virus - Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), kurang gizi, dan kurang berolahraga.

Semua ini, yang akan menyebabkan penyakit atau kematian pada usia muda.
Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisis maupun psikis yang menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Masa ini merupakan masa terjadinya proses awal pematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang nyata. Remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait dengan perubahan fisis, kecukupan gizi, perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya menimbulkan konflik dalam dirinya yang kemudian bisa memengaruhi kesehatannya. Remaja yang mengalami gangguan kesehatan berupaya untuk melakukan reaksi menarik diri karena alasan-alasan tersebut. Pencegahan terhadap terjadinya gangguan kesehatan pada remaja memerlukan pengertian dan perhatian dari lingkungan baik orangtua, guru, teman sebayanya, dan juga pihak terkait agar mereka dapat melalui masa transisi dari kanak menjadi dewasa dengan baik.

Bagaimana bentuk pelayanan kesehatan remaja?

Beberapa tahun terakhir ini mulai dilaksanakan beberapa model pelayanan kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan, hak dan selera remaja di beberapa propinsi, dan diperkenalkan dengan sebutan pelayanan kesehatan peduli remaja atau disingkat PKPR. Sebutan ini merupakan terjemahan dari istilah dari adolescent friendly health services (AFHS), yang sebelumnya dikenal dengan youth friendly health services (YFHS).
Pelayanan kesehatan remaja sesuai permasalahannya, lebih intensif kepada aspek promotif dan preventif dengan cara peduli dengan remaja. Memberi layanan pada remaja dengan model PKPR ini merupakan salah satu strategi yang penting dalam mengupayakan kesehatan yang optimal bagi para remaja. Pelayanan kesehatan peduli remaja diselenggarakan di puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat umum yang lainnya di mana remaja berkumpul.

Jenis kegiatan dalam PKPR

Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dapat dilaksanakan di dalam atau di area luar gedung. Untuk sasaran perorangan atau kelompok, dilaksanakan oleh para petugas puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat, berdasarkan kemitraan.

Jenis kegiatan tersebut meliputi:

1. Pemberian informasi dan edukasi1.

Dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara perorangan atau berkelompok.
Dapat dilaksanakan oleh para guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah, atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan) puskesmas.
Dengan menggunakan metoda ceramah tanya jawab, focus group discussion (FGD), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline, SMS).
Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran (remaja, orangtua, guru) dan yang mudah dimengerti. Khusus untuk para remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu bersikap santai.

2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan juga rujukannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke puskesmas yaitu adalah:
Bagi remaja yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dan dengan mengacu pada prosedurtetap penanganan penyakit tersebut.
Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi, kesehatan ibu dan anak (KIA) dalam menghadapi para remaja yang datang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau yang berpotensi menjadi masalah khusus pada remaja, untuk kemudian menyalurkannya ke ruang konseling jika diperlukan.
Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas loket atau petugas laboratorium, seperti halnya petugas khusus PKPR juga harus menjaga kerahasiaan dari remaja tersebut, dan memenuhi kriteria peduli remaja.
Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan kasus per kasus dari remaja.

3. Konseling

Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
Membantu remaja untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya agar dapat mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus dilakukannya untuk dapat mengatasi masalah tersebut.
Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu remaja agar mampu untuk :
mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi pada dinya sendiri.
mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi masalah.

4.Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)

Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila remaja dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi kesehatan dirinya. Pendidikan ketrampilan dari hidup sehat merupakan adaptasi dari life skills education (LSE). Sedangkan life skills atau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan secara efektif. Keterampilan ini mempunyai peranan yang penting dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang luas, yaitu: kesehatan fisis, mental, dan sosial.
Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini dapat memberi kontribusi yang berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan dalam mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan baik. Keterampilan psikososial di dalam bidang kesehatan dikenal dengan istilah PKHS. Pendidikan ketrampilan hidup sehat dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, antara lain yaitu : di sekolah, puskesmas, sanggar, rumah singgah, dan sebagainya.
Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:

1.Pengambilan keputusan

Pada remaja keterampilan dalam pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Pengambilan keputusan yang salah tak jarang mengakibatkan masa depan menjadi suram.

2.Pemecahan masalah

Masalah yang tidak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan ketegangan fisis.

3. Berpikir kreatif

Berfikir kreatif akan membantu dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan sisi baik dan juga buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tak dapat menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja merespons secara fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.

4. Berpikir kritis

Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan juga pengalaman secara objektif. Hal ini akan membantu mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku, misalnya dalam : tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media.

5. Komunikasi efektif

Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun secara non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan apabila mereka membutuhkan.

6. Hubungan interpersonal

Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga mereka dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan hubungan baik dengan sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka dapat mempertahankan hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting bagi kesejahteraan mental remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang lebih positif.

7. Kesadaran diri

Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan juga kelemahan, serta pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan juga tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri ini harus dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati kepada orang lain.

8. Empati

Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal secara baik, remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti dan juga menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya.

9. Mengendalikan emosi

Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi secara benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau kesedihan dapat merugikan bagi kesehatan bila tidak disikapi secara benar.

10. Mengatasi stres

Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, membantu mengontrol stres, dan juga mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana untuk bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.
Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya dalam menolak ajakan tersebut, berpikir kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi, sehingga penolakan akan berhasil dilaksanakan secara mulus.

Dalam menghindari diri dari tindak kekerasan baik  secara fisik ataupun mental, beberapa kompetensi dari life skills ini dapat membantu remaja mengambil keputusan agar dapat merespons ancaman atau tindak kekerasan tersebut. Kekerasan fisik termasuk juga kekerasan seksual dapat dihindari dengan berpikir kritis dan kreatif serta menggunakan komunikasi efektif untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari ancaman tersebut. Kekerasan mental (tekanan, pelecehan, penghinaan) tidak menimbulkan akibat psikis apabila kompetensi life skills dapat diterapkan seperti berpikir kreatif, pengendalian emosi dan komunikasi efektif.
Pelaksanaan PKHS di puskesmas di samping meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi para remaja sehingga dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung kali berikut, serta mendorong melakukan promosi tentang adanya PKPR di puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber penular pengetahuan dan juga keterampilan hidup sehat kepada teman-temannya.

Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Post a Comment